Saya adalah seseorang dari sekian banyak orang yang lahir dan besar di sebuah tempat paling selatan di kabupaten Cianjur yaitu di Kecamatan Cidaun. Sejak dahulu entah mulai kapan, tempat saya lahir lebih terkenal dengan stigma negatif dibanding hal-hal yang bersifat positif. Misalnya terkenal dengan daerah santet (teluh), disebut sebut sebagai orang kampung, terbelakang dan banyak lagi, bahkan saya sendiri mengalami ketika beranjak masuk sekolah di tingkat atas (SMA) yang kebetulan masuk salah satu SMA favorit di Cianjur, pada Masa Orientasi Siswa (MOS) tangan saya sebelah kanan sering sekali menutupi tangan sebelah kiri bagian atas, dengan alasan bahwa di posisi itulah tertera asal SMP saya yang tertulis "SMP NEGERI 1 CIDAUN". Hal ini beralasan karena sejak MOS sering disebut sebut daerah TURKI (Turunan Kidul) yang secara otomatis membuat diri saya minder.
Suatu saat masih kegiatan MOS di kelas bahkan senior saya bilang : "mana yang dari kota", terus "mana yang dari daerah", "yang dari kota silahkan duduknya di sebelah kanan saya", yang dari daerah duduknya disebelah kiri saya" (Begitulah cetus senior kala itu). Saya sendiri hanya bisa sedikit tersenyum, padahal suasana batin luar biasa dan teriris dan bilang "keun siah, keun siah", berarti bahwa nanti akan saya tunjukkan bahwa saya mempunyai banyak kelebihan dibanding mereka. Lama berlalu kebetulan ada ujian pelajaran Fisika dan saya sedikit menyombongkan diri bahwa saya mendapatkan nilai nyaris sempurna dan terbesar diantara teman teman yang diajar oleh Bu Dewi kala itu yaitu 4 kelas. Syukurnya nilai tertinggi selalu diumumkan oleh beliau di setiap kelas bahwa saya lah pemegang nilai tertinggi saat itu. Alhamdulillah keberadaan saya mulai diakui dan diperhitungkan.
Sedikit cerita diatas bukan maksud untuk menyombongkan diri dan saya yakin di luar sana banyak insan insan muda cidaun yang punya prestasi lebih baik. Itu hanya cerita yang sangat kecil. Saya hanya ingin menggambarkan dan baru terfikir saat ini bahwa : "Sebelum kita lahir ke dunia ini, Alloh tidak memberikan pilihan kepada kita untuk lahir dimana dan dari rahim siapa, artinya dimanapun kita lahir dan dari rahim siapapun itu adalah hal terbaik yang Alloh anugerahkan kepada kita", seandainya bisa memilih maka saya mungkin akan memilih terlahir di Saudi Arabia dari rahim seorang istri Raja, tapi kenyataannya tidak demikian.
Saat ini ketika beranjak dewasa dan mulai berfikir, ketika banyak kesempatan untuk melihat lihat dan menganalisis keadaan generasi muda di Cidaun, maka berdasarka tingkat pendidikan dan pilihan pekerjaannya, saya sendiri mengelompokkan generasi muda cidaun kedalam beberapa kategori, diantaranya :
1. Generasi muda yang mempunyai pendidikan tinggi, namun tinggal di tempat (cidaun), maka pilihannya ada 3, yakni menjadi seorang Guru, Polisi atau Perawat.
2. Generasi muda yang mempunyai pendidikan tinggi dan mempunyai keahlian, maka akan lebih memilih mencari penghidupan yang layak di luar Cidaun seperti di Kota-kota besar.
3. Generasi muda yang mohon maaf tidak mempunyai pendidikan tinggi, maka pilihannya untuk laki laki kerja apa adanya di desa atau mencari penghidupan ke kota menjadi tenaga tenaga teknis, sedangkan untuk perempuan ada yang mencari penghidupan di kota dan banyak juga diantaranya yang menjadi Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri.
Kategori diatas tentu sangat subjektif dan hanya berdasarkan penilaian saya semata. Tentu saja ketiga kategori tersebut positif, menghasilkan dan mungkin juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia cidaun sendiri. Namun mari kita bahas per kategori diatas berikut ini :
1. Untuk kategori Guru, Polisi atau Perawat, sangat baik dalam upaya mencerdaskan dan peningkatan kualitas generasi penerus cidaun, menjaga rasa aman dan nyaman atau bahkan melayani kesehatan masyarakat Cidaun pada umumnya. Namun saya mencermati bahwa untuk menjadi Guru, Polisi atau Perawat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka insan muda Cidaun harus bersaing dengan banyak pesaing lainnya yang berasal dari daerah lain dengan kuota setiap tahunnya yang sangat minim bila dibandingkan dengan peminatnya. Memang peluang masih tetap ada, tapi mungkin untuk lulus menjadi PNS pilihannya menjadi menunggu pengangkatan langsung oleh pemerintah ataupun mengeluarkan banyak uang untuk menjadi PNS (nyogok).
Hal yang menjadi keluh kesah saya adalah tinjauan ekonomi untuk kategori ini, Mengapa ekonomi ?? mohon maaf sebelumya mungkin saya tahu besarnya nominal gaji untuk kategori ini bagi yang belum diangkat menjadi PNS. Saya tidak bermaksud apa apa, yang kebetulan orang tua saya juga Guru. mohon maaf lagi biasanya kategori pertama ini sedikit agak gengsi untuk menambah penghasilannya dari berbagai bidang misalnya bertani, berkebun. Dalam pemikiran saya apabila incomenya cenderung sedikit, maka kontribusi terhadap uang yang berputar di tengah tengah masyarakat juga cenderung sedikit. Tapi mudah mudahan insan muda yang termasuk kategori ini tidak memikirkan ekonomi dan lebih mementingkan sebuah bentuk pengabdian.
Untuk kategori ke 2 dan ke 3, yaitu generasi muda yang cenderung mencari penghidupan di luar Cidaun. Secara ekonomi untuk kategori ini saya pikir sangat baik dalam hal menarik uang dari luar untuk masuk ke cidaun, meskipun hanya keluarga dan segelintir orang saja yang menikmati jerih payah anggota keluarganya di luar cidaun.
Namun yang menjadi keluh kesah saya untuk generasi muda yang mencari penghidupan nun jauh disana adalah :
Haruskah mencari pundi pundi rupiah sampai ke negeri sebrang dengan berbagai resikonya ???
Haruskah lebih banyak lagi anak-anak yang
Suatu saat masih kegiatan MOS di kelas bahkan senior saya bilang : "mana yang dari kota", terus "mana yang dari daerah", "yang dari kota silahkan duduknya di sebelah kanan saya", yang dari daerah duduknya disebelah kiri saya" (Begitulah cetus senior kala itu). Saya sendiri hanya bisa sedikit tersenyum, padahal suasana batin luar biasa dan teriris dan bilang "keun siah, keun siah", berarti bahwa nanti akan saya tunjukkan bahwa saya mempunyai banyak kelebihan dibanding mereka. Lama berlalu kebetulan ada ujian pelajaran Fisika dan saya sedikit menyombongkan diri bahwa saya mendapatkan nilai nyaris sempurna dan terbesar diantara teman teman yang diajar oleh Bu Dewi kala itu yaitu 4 kelas. Syukurnya nilai tertinggi selalu diumumkan oleh beliau di setiap kelas bahwa saya lah pemegang nilai tertinggi saat itu. Alhamdulillah keberadaan saya mulai diakui dan diperhitungkan.
Sedikit cerita diatas bukan maksud untuk menyombongkan diri dan saya yakin di luar sana banyak insan insan muda cidaun yang punya prestasi lebih baik. Itu hanya cerita yang sangat kecil. Saya hanya ingin menggambarkan dan baru terfikir saat ini bahwa : "Sebelum kita lahir ke dunia ini, Alloh tidak memberikan pilihan kepada kita untuk lahir dimana dan dari rahim siapa, artinya dimanapun kita lahir dan dari rahim siapapun itu adalah hal terbaik yang Alloh anugerahkan kepada kita", seandainya bisa memilih maka saya mungkin akan memilih terlahir di Saudi Arabia dari rahim seorang istri Raja, tapi kenyataannya tidak demikian.
Saat ini ketika beranjak dewasa dan mulai berfikir, ketika banyak kesempatan untuk melihat lihat dan menganalisis keadaan generasi muda di Cidaun, maka berdasarka tingkat pendidikan dan pilihan pekerjaannya, saya sendiri mengelompokkan generasi muda cidaun kedalam beberapa kategori, diantaranya :
1. Generasi muda yang mempunyai pendidikan tinggi, namun tinggal di tempat (cidaun), maka pilihannya ada 3, yakni menjadi seorang Guru, Polisi atau Perawat.
2. Generasi muda yang mempunyai pendidikan tinggi dan mempunyai keahlian, maka akan lebih memilih mencari penghidupan yang layak di luar Cidaun seperti di Kota-kota besar.
3. Generasi muda yang mohon maaf tidak mempunyai pendidikan tinggi, maka pilihannya untuk laki laki kerja apa adanya di desa atau mencari penghidupan ke kota menjadi tenaga tenaga teknis, sedangkan untuk perempuan ada yang mencari penghidupan di kota dan banyak juga diantaranya yang menjadi Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri.
Kategori diatas tentu sangat subjektif dan hanya berdasarkan penilaian saya semata. Tentu saja ketiga kategori tersebut positif, menghasilkan dan mungkin juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia cidaun sendiri. Namun mari kita bahas per kategori diatas berikut ini :
1. Untuk kategori Guru, Polisi atau Perawat, sangat baik dalam upaya mencerdaskan dan peningkatan kualitas generasi penerus cidaun, menjaga rasa aman dan nyaman atau bahkan melayani kesehatan masyarakat Cidaun pada umumnya. Namun saya mencermati bahwa untuk menjadi Guru, Polisi atau Perawat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka insan muda Cidaun harus bersaing dengan banyak pesaing lainnya yang berasal dari daerah lain dengan kuota setiap tahunnya yang sangat minim bila dibandingkan dengan peminatnya. Memang peluang masih tetap ada, tapi mungkin untuk lulus menjadi PNS pilihannya menjadi menunggu pengangkatan langsung oleh pemerintah ataupun mengeluarkan banyak uang untuk menjadi PNS (nyogok).
Hal yang menjadi keluh kesah saya adalah tinjauan ekonomi untuk kategori ini, Mengapa ekonomi ?? mohon maaf sebelumya mungkin saya tahu besarnya nominal gaji untuk kategori ini bagi yang belum diangkat menjadi PNS. Saya tidak bermaksud apa apa, yang kebetulan orang tua saya juga Guru. mohon maaf lagi biasanya kategori pertama ini sedikit agak gengsi untuk menambah penghasilannya dari berbagai bidang misalnya bertani, berkebun. Dalam pemikiran saya apabila incomenya cenderung sedikit, maka kontribusi terhadap uang yang berputar di tengah tengah masyarakat juga cenderung sedikit. Tapi mudah mudahan insan muda yang termasuk kategori ini tidak memikirkan ekonomi dan lebih mementingkan sebuah bentuk pengabdian.
Untuk kategori ke 2 dan ke 3, yaitu generasi muda yang cenderung mencari penghidupan di luar Cidaun. Secara ekonomi untuk kategori ini saya pikir sangat baik dalam hal menarik uang dari luar untuk masuk ke cidaun, meskipun hanya keluarga dan segelintir orang saja yang menikmati jerih payah anggota keluarganya di luar cidaun.
Namun yang menjadi keluh kesah saya untuk generasi muda yang mencari penghidupan nun jauh disana adalah :
Haruskah mencari pundi pundi rupiah sampai ke negeri sebrang dengan berbagai resikonya ???
Haruskah lebih banyak lagi anak-anak yang
0 komentar:
Post a Comment