Hi quest ,  welcome    

ADA APA DENGAN RUTE 139 Km ????

Written By cidaun on Tuesday, 10 May 2011 | 07:55

Setelah sekian lama tidak melewati rute 139 Km
07:55 | 0 komentar

LAMUNAN TI DESA....

Written By cidaun on Friday, 6 May 2011 | 10:30

Ketika kecil sering ditanya :" Kalau sudah besar mau jadi apa ??? "
dan dengan lantang dihadapan orang-orang, tidak jarang dijawab dengan : " Ingin menjadi orang yang berguna bagi Bangsa dan Negara", maklum keur leutik mah masih polos2 dan tak berdosa. Jadi teuing naon artina nu di ucapkeun teh

Tapi kenyataannya sekarang, "tong boraah berguna bagi Bangsa dan Negara, berguna bagi masyarakat sa-Desa ataupun sa-Kecamatan ge henteu". Parameter mudahnya adalah kalau misalnya diri ini sudah berguna minimal bagi masyarakat sa-Desa ataupun sa-Kecamatan, mungkin disekeliling saya sekarang TIDAK akan :


  1. Banyak kaum adam dan anak anak kecil yang ditinggal jauh oleh Ibu-nya untuk mencari penghidupan layak di   negeri orang.
  2. Terjadi remaja putri masih belia yang juga sama sama mencari penghidupan layak di negeri orang
  3. Terbatasnya pilihan pekerjaan di Desa yang berkutat hanya pada : menjadi Guru, polisi ataupun Perawat. Itupun bagi generasi muda yang mempunyai pendidikan dan uang
  4. Terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam dengan dalih sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat lokal. Seperti aktivitas penggalian pasir besi dan penebangan pohon kayu keras yang membabi buta
  5. Banyak muda mudi yang mencari pekerjaan keluar Desa/Kecamatan. 

ke-5 alasan diatas sudah cukup untuk mendukung pernyataan bahwa "tong boraah berguna bagi bangsa dan negara, hanya untuk berguna untuk sa-Desa/sa-Kecamatan pun can mampu"...

Secara sederhana, saya sendiri menilai bahwa pangkal persoalan dari semuanya adalah faktor "Ekonomi", uang yang beredar di Desa/Kecamatan Cidaun khususnya terlalu sedikit untuk mencukupi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat.

Harus dipikirkan upaya untuk menarik uang sebanyak mungkin dari luar daerah Cidaun, sehingga uang yang beredar di Cidaun jadi meningkat.

Saya bermimpi bahwa suatu saat Cidaun harus punya ciri khas tersendiri dengan produknya. Produk yang layak untuk dijual di luar Cidaun dengan cakupan pasar Nasional/Internasional. Produk apapun itu, siga "deeng layur" atawa "banawa crispy"..hehehe

Jika Garut terkenal dengan dodolnya, pati terkenal karena ada pabrik Kacang Garuda disana. maka Cidaun ???

Mungkin kalau punya ciri khas, produk layak di jual, menghasilkan, bisa menarik uang sebanyak mungkin dari luar daerah Cidaun, maka efeknya bisa kemana-mana. Misal : orang ga perlu jauh-jauh mencari sumber penghidupan, lebih beragamnya cara-cara untuk menghasilkan sumber pendapatan, masyarakat tidak mau dimanfaatkan lagi untuk mengeksploitasi berlebihan sumber daya alam dengan alasan ekonomi,

Mudah mudahan

Saya, Anda, Kita, Akang, Teteh, Siapapun itu bisa mewujudkannya...

mun ceuk pepatah lama mah "Sebaik baiknya orang adalah yang bisa bermanfaat bagi yang lainnya"
10:30 | 3 komentar

LAMUNAN URANG KAMPUNG....

Written By cidaun on Thursday, 28 April 2011 | 08:23

Ketika kecil
08:23 | 0 komentar

CATATAN KELUH KESAH SEORANG ANAK DESA.....

Written By cidaun on Friday, 15 April 2011 | 09:00

Saya adalah seseorang dari sekian banyak orang yang lahir dan besar di sebuah tempat paling selatan di kabupaten Cianjur yaitu di Kecamatan Cidaun. Sejak dahulu entah mulai kapan, tempat saya lahir lebih terkenal dengan stigma negatif dibanding hal-hal yang bersifat positif. Misalnya terkenal dengan daerah santet (teluh), disebut sebut sebagai orang kampung, terbelakang dan banyak lagi, bahkan saya sendiri mengalami ketika beranjak masuk sekolah di tingkat atas (SMA) yang kebetulan masuk salah satu SMA favorit di Cianjur, pada Masa Orientasi Siswa (MOS) tangan saya sebelah kanan sering sekali menutupi tangan sebelah kiri bagian atas, dengan alasan bahwa di posisi itulah tertera asal SMP saya yang tertulis "SMP NEGERI 1 CIDAUN". Hal ini beralasan karena sejak MOS sering disebut sebut daerah TURKI (Turunan Kidul) yang secara otomatis membuat diri saya minder.
Suatu saat masih kegiatan MOS di kelas bahkan senior saya bilang : "mana yang dari kota", terus "mana yang dari daerah", "yang dari kota silahkan duduknya di sebelah kanan saya", yang dari daerah duduknya disebelah kiri saya" (Begitulah cetus senior kala itu). Saya sendiri hanya bisa sedikit tersenyum, padahal suasana batin luar biasa dan teriris dan bilang "keun siah, keun siah", berarti bahwa nanti akan saya tunjukkan bahwa saya mempunyai banyak kelebihan dibanding mereka. Lama berlalu kebetulan ada ujian pelajaran Fisika dan saya sedikit menyombongkan diri bahwa saya mendapatkan nilai nyaris sempurna dan terbesar diantara teman teman yang diajar oleh Bu Dewi kala itu yaitu 4 kelas. Syukurnya nilai tertinggi selalu diumumkan oleh beliau di setiap kelas bahwa saya lah pemegang nilai tertinggi saat itu. Alhamdulillah keberadaan saya mulai diakui dan diperhitungkan.

Sedikit cerita diatas bukan maksud untuk menyombongkan diri dan saya yakin di luar sana banyak insan insan muda cidaun yang punya prestasi lebih baik. Itu hanya cerita yang sangat kecil. Saya hanya ingin menggambarkan dan baru terfikir saat ini bahwa : "Sebelum kita lahir ke dunia ini, Alloh tidak memberikan pilihan kepada kita untuk lahir dimana dan dari rahim siapa, artinya dimanapun kita lahir dan dari rahim siapapun itu adalah hal terbaik yang Alloh anugerahkan kepada kita", seandainya bisa memilih maka saya mungkin akan memilih terlahir di Saudi Arabia dari rahim seorang istri Raja, tapi kenyataannya tidak demikian.

Saat ini ketika beranjak dewasa dan mulai berfikir, ketika banyak kesempatan untuk melihat lihat dan menganalisis keadaan generasi muda di Cidaun, maka berdasarka tingkat pendidikan dan pilihan pekerjaannya, saya sendiri mengelompokkan generasi muda cidaun kedalam beberapa kategori, diantaranya :

1. Generasi muda yang mempunyai pendidikan tinggi, namun tinggal di tempat (cidaun), maka pilihannya                      ada 3, yakni menjadi seorang Guru, Polisi atau Perawat.
2. Generasi muda yang mempunyai pendidikan tinggi dan mempunyai keahlian, maka akan lebih memilih mencari penghidupan yang layak di luar Cidaun seperti di Kota-kota besar.
3. Generasi muda yang mohon maaf tidak mempunyai pendidikan tinggi, maka pilihannya untuk laki laki kerja apa adanya di desa atau mencari penghidupan ke kota menjadi tenaga tenaga teknis, sedangkan untuk perempuan ada yang mencari penghidupan di kota dan banyak juga diantaranya yang menjadi Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri.

Kategori diatas tentu sangat subjektif dan hanya berdasarkan penilaian saya semata. Tentu saja ketiga kategori tersebut positif, menghasilkan dan mungkin juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia cidaun sendiri. Namun mari kita bahas per kategori diatas berikut ini :

1. Untuk kategori Guru, Polisi atau Perawat, sangat baik dalam upaya mencerdaskan dan peningkatan kualitas generasi penerus cidaun, menjaga rasa aman dan nyaman atau bahkan melayani kesehatan masyarakat Cidaun pada umumnya. Namun saya mencermati bahwa untuk menjadi Guru, Polisi atau Perawat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka insan muda Cidaun harus bersaing dengan banyak pesaing lainnya yang berasal dari daerah lain dengan kuota setiap tahunnya yang sangat minim bila dibandingkan dengan peminatnya. Memang peluang masih tetap ada, tapi mungkin untuk lulus menjadi PNS pilihannya menjadi menunggu pengangkatan langsung oleh pemerintah ataupun mengeluarkan banyak uang untuk menjadi PNS (nyogok).
Hal yang menjadi keluh kesah saya adalah tinjauan ekonomi untuk kategori ini, Mengapa ekonomi ?? mohon maaf sebelumya mungkin saya tahu besarnya nominal gaji untuk kategori ini bagi yang belum diangkat menjadi PNS. Saya tidak bermaksud apa apa, yang kebetulan orang tua saya juga Guru. mohon maaf lagi biasanya kategori pertama ini sedikit agak gengsi untuk menambah penghasilannya dari berbagai bidang misalnya bertani, berkebun. Dalam pemikiran saya apabila incomenya cenderung sedikit, maka kontribusi terhadap uang yang berputar di tengah tengah masyarakat juga cenderung sedikit. Tapi mudah mudahan insan muda yang termasuk kategori ini tidak memikirkan ekonomi dan lebih mementingkan sebuah bentuk pengabdian.

Untuk kategori ke 2 dan ke 3, yaitu generasi muda yang cenderung mencari penghidupan di luar Cidaun. Secara ekonomi untuk kategori ini saya pikir sangat baik dalam hal menarik uang dari luar untuk masuk ke cidaun, meskipun hanya keluarga dan segelintir orang saja yang menikmati jerih payah anggota keluarganya di luar cidaun.
Namun yang menjadi keluh kesah saya untuk generasi muda yang mencari penghidupan nun jauh disana adalah :

Haruskah mencari pundi pundi rupiah sampai ke negeri sebrang dengan berbagai resikonya ???
Haruskah lebih banyak lagi anak-anak yang 
09:00 | 0 komentar

3 HAL SERBA PERTAMA DI CIDAUN....(Unforgettable Moments)

Written By cidaun on Tuesday, 7 December 2010 | 09:41

3 Hal Serba Pertama di Cidaun, berisi tentang hal-hal yang pertama kali ada di Cidaun dari sebelumnya yang ga ada. Mungkin sebenarnya banyak hal seperti ini, tapi kebetulan baru kepikiran 3 hal ini... cek bebi cek...

1. Listrik
    Wah wah wah,,masih segar dalam ingatan, bahwa sebelum tahun 1996 Cidaun gelap gulita kalau malam, memang ada PLTD (pembangkit Listrik Tenaga Diesel), tapi hanya nyala dari magrib - jam 12 malam. Biasanya Diesel ini hanya dimiliki oleh 1 orang, namun disalurkan ke berbagai rumah dan pemilik rumah yang lainnya membayar iuran setiap bulannya. Meskipun gelap gulita pada saat itu, tapi mun dipikir-pikir mah suasana sungguh tentram dan nyaman. Lepas jam 12 malam biasanya harus menyiapkan cempor yg bernyalakan api.

Masih ingat juga kalau menghafal malam-malam atau subuh hanya ditemani dengan cempor (makanya jangan aneh, kalau selepas itu liang irung hararideung...hahaha), terus lepas subuh diharuskan mengaji ke mesjid dengan cara "silih sampeur". jadi ngabring ke tempat pengajian dengan membawa obor alias oncor. Mungkin jarang-jarang yah saat ini dengan kondisi seperti itu.

Before 1996



After 1996












Praktis ketika siang sebelum tahun 1996, tidak ada sama sekali penerangan, tapi jangan khawatir. kalau misalnya ada pertandingan Tinju (waktu itu mah lagi ngetop Mike Tyson) siang-siang, maka biasanya sang pemilik tipi/tv pake PLTA (pembangkit Tenaga Listrik Aki/Accu),...lumayan lah bisa nonton tipi 2 jam d TVRI, masih inget juga nonton bareng-bareng (ronghok weh tina kaca jendela), da masih inget keneh yang punya tipi d daerah saya misalnya hanya Pak H.Sirodz...hehe...Tapi itu dulu BGT...Tapi Selanjutnya

Masih segar juga dalam ingatan Listrik masuk Cidaun skitar tahun 1996, pada saat saya kelas 6 SD (lagi lucu-lucunya) dan disaat malam takbiran Idul Fitri. Gegap gempita luarr biasa sambutan masyarakat Cidaun dengan nyala-nya listrik, masih inget ga jarang juga yang berteriak histeris. (meskipun sedikit terlambat), tapi Insya Alloh banyak himahnya. yang dulu mah pagi-pagi liang irung "harideung" tina cempor, sekarang mah tidak lagi..

Tapi rupanya listrik di Cidaun produksi PLN, saat ini juga masih dapat menghitamkan "liang irung", penyebabnya adalah terlalu sering mati yeuh PLN. makanya mungkin lebih cocok disebut PLN cap LILIN...hehehe...Semangat ah PLN

2. Telepon Rumah dan Signal HP
   
Dahulu (Telegram)
Berikutnya tak lama setelah ada listrik, maka fasilitas berikutnya yang ada adalah Telepon Rumah. Telepon Rumah ini pertama kali hadir di Cidaun ketika saya berada di tingkat SMP, lupa percisnya tapi mungkin sekitar periode 1997-1998. Dengan adanya telepon rumah ini, sedikit membantu komunikasi orang cidaun dengan dunia luar tentunya. Karena pas pertama kali hadir, belum banyak yang pasang telepon rumah, maka tak jarang telepon yang ada d rumah dimanfaatkan oleh siapa saja untuk menerima telepon. Misalnya ada kerabat tetangga dari kota ingin ngobrol dengan tetangga, maka wayahna kudu diteang, da pengen ngobrol cenah. Terus ga jarang juga ada telepon dari Arab Saudi (padahal mah ga kenal), tapi pengen ngobrol cenah jeung Mr "X". padahal mah ga kenal, tah nu kararitu ge wayahna di jugjug, da karunya bisi aya nanaon. nu kesel mah mun waktu sudah menunjukkan tengah malam+hujan, ada yang telepon dan ingin ngobrol dengan kerabatnya (ah teu apal d waktu)...hehee...tapi mungkin itulah seninya.

Tlp Rumah

Sebelum Telepon Rumah masuk, orang di Cidaun paling berkirim melalui pos, kalau urusan mendadak, maka menggunakan fasilitas "TELEGRAM". Wah jaman itu mah itulah sarana berkirim pesan tercepat.




Hari Ginih










Untuk Signal HP, saya juga lupa percis adanya kapan, tapi sekitar kurun waktu 2004-2005 hadir di Cidaun. wah pas udah ada signal HP mah komunikasi "lincah". ningali kaditu kadieu orang-orang sibuk dengan HP-y masing-masing (maklum masih keneh aheng meureun). Orang telepon pa-tarik-tarik, ga mengenal tempat. pokona mah dimanapun, meureun ingin terlihat gaya..hehe....dengan memburu hp paling bagus (atow yang ada kameranya cenah waktu itu mah). tapi sayah mah santey we kana barang-barang nu kitu mah (padahal mah teu boga duit...hahaha). Tapi mungkin Alhamdulillah lah sekarang mah komunikasi lancar, meskipun mnugkin ada dampak positif maupun Negatifnya. Hatur nuhun ah Operator Telepon.


3. Pesawat Mendarat
  Hahahaha.,...Masih segar juga dalam ingatan, ini mungkin setelah saya terlahir ke dunia (tidak tahu apakah sudah ada atow belum pesawat yang mendarat di Cidaun sebelum saya lahir). Tapi seingat saya, setelah saya terlahir, pesawat pertama kali mendarat di Cidaun adalah ketika saya SD, mungkin sekitar tahun 1994-1995. Pesawat mendarat di lapang sepak bola dengan jenis helikopter.

Saking "ahengnya", maka luaarr biasa banyak banget masyarakat Cidaun yang berbondong-bondong pergi ke Lapang Sepak bola dengan jalan kaki (padahal jarak lumayan jauh), hanya untuk melihat pesawat dari dekat termasuk saya..hahahaha....Maka otomatis lapang sepak bola menjadi lautan manusia. bahkan saya mendengar katanya banyak juga masyarakat yang menunggunya dari pagi, sebelum pesawat mendarat. mungkin takut tersisihkan momen yang luar biasa tersebut.

Ilustrasi katika melihat helikopter
Hal yang lucu adalah, kalau ga salah waktu itu di adakan juga terjun payung dari tentara yang menandai adanya Abri Masuk Desa. yang mendarat sempurna di lapang sepak bola hanya sebagian saja, katanya seh sebagian lagi ada yang mendarat jauh d luar lapang sepak bola, bahkan ada juga yang "nyangsang dina tangkal kalapa"...hahaha. Hal yang masih diingat lainnya adalah, kalau terdengar ada suara kapal, maka orang-orang segera keluar ruangan, tidak peduli meskipun lagi ada di sekolah dan lagi belajar. sambil berteriak "Kapal Menta Duit"...

Tidak berbeda jauh dengan pesawat, maka keberadaan mobil pun sempat menjadi hal yang aneh di cidaun, maklum waktu itu jarang-jarang mobil yang masuk daerah Cidaun, terutama setelah lewat jembatan Cidamar, karena mobil tidak bisa lewat akibat jembatan yang tidak memungkinkan. Maka kalau ada mobil yang mau menyebrang, maka harus lewat bawah (menembus sungai Cidamar). sekalinya ada mobil yang masuk kampung, wah luarr biasa di kerubutin, dan anak-anak pada berlari mengejar dan berusaha naek mobil tsb dari luar alias nangkod (memang berisiko, tapi da gimana lagi saking "ahengnya"). anak-anak pada waktu itu menyebutnya dengan sebutan "Wahon", mungkin dari bahasa Belanda yah...

Ilustrasi mengjar Mobil
Sekalinya ada mobil yang terperosok misalnya, maka membantu adalah hal yang sangat menyenangkan, karena imbalannya bisa naek mobil.yipiiii....

Tidak hanya mobil, bahkan traktor (yang buat bajak sawah), ketika d modifikasi sedikit dengan menambahkan tempat duduk dibelakangnya, ini juga menjadi rebutan kalau lewat, karena banyak sekali anak-anak yang ingin menumpanginya (termasuk sayah...hahaha).

Namun itu dulu, mungkin sekarang momen-momen tersebut jarang ada, orang liat pesawat sudah biasa dan ga lagi bilang "Kapal Menta Duit". Kalaupun
Traktot yang digunakan mobil (Ilustrasi
ada mungkin di surakan dan di teriakin kampungan. padahal mah santey aja disebut kampungan juga. jangan disalhartikan tentang kata "Kampungan", sedikit bahas "Kampungan".

Kampungan adalah merujuk kepada sikap-sikap terbelakang, tidak tahu tata-krama, tidak mau diatur dan mengikuti peraturan, dan sebagainya.
Kampungan berbeda dengan kampung/orang kampung. Kampung adalah sebuah desa, sedangkan orang kampung adalah orang yg tinggal di kampung. 
Orang kampung belum tentu bersifat Kampungan.

Bahkan sekarang mah di Cidaun juga ada Lapang Terbang milik Bu Susi, yang diperuntukka untuk mengangkut hasil laut.


Terkadang memang berbagai kegilaan di masa lalu membuat kita tertawa di masa sekarang. Tapi tidak apa-apa ini adalah sebuah fakta yang terjadi dan sama sekali tidak bermaksud mengungkap "aib" tentang keberadaan Cidaun.
ENJOY CIDAUN....

hatur nuhun

apu
09:41 | 3 komentar

10 PINTU MASUK MENUJU CIDAUN

Written By cidaun on Tuesday, 30 November 2010 | 22:14

Pepatah mengatakan "Banyak Jalan Menuju Roma"..Nah, mungkin seperti itu juga Jalan menuju Kecamatan Cidaun. Berikut ini adalah 10 jalan menuju Kecamatan Cidaun : cekiprok

1. Cianjur-Cibeber-Campaka-Sukanagara-Pagelaran-Tanggeung-Cibinong-Sindangbarang-Cidaun
    
Ini adalah jalan yang menghubungkan Ibu kota Kabupaten dengan Kecamatan Cidaun, jaraknya kurang lebih 139 km, di terminal Pasir hayam kita dapat menemukan angkutan berupa elf menuju Cidaun dengan waktu tempuh sekitar 5 jam. Apabila menggunakan sepeda motor mungkin bisa juga ditempuh dalam waktu 4 jam. 

Di sepanjang jalan kita akan melewati beberapa kecamatan yang masih masuk kedalam wilayah Kabupaten Cianjur, diantaranya : Cibeber - Campaka - Sukanagara - Pagelaran - Tanggeung - Cibinong - Sindangbarang - Cidaun. Kondisi jalan waktu terakhir saya sendiri lewat tgl 15 November 2010 : dari Tanggeung bagus sampai sebelum sindang barang (paling ada bolong-bolong sedikit,, ya wajar mungkin yah..haha)..Berikut adalah foto-foto Sepanjang jalan ini :
Kec. Sukanagara

Kec. Tanggeung

antara Campaka-Sukanagara

Perkebunan teh Sukanagara

Nguseup di S. Cibuni Tanggeung


P. Sereg, Sindangbarang


2. Bandung - Soreang - Ciwidey - Naringgul - Cidaun
    Ini adalah alternatif berikutnya jalan menuju Cidaun dan bahkan dijadikan jalan utama bagi masyarakat yang memang punya keperluan ke Bandung. Jarak tempuh dari Bandung (Dipati Ukur), kurang lebih 120 km, ditempuh dengan motor kurang lebih 3-4 jam. Untuk jalan ini tidak ada angkutan dari bandung langsung ke Cidaun, melainkan ada juga angkutan dari Ciwidey menuju Balegede (Naringgul).

Apabila perut terasa keroncongan bisa mampir di rumah makan sederhana tapi mantap,dengan menu goreng ayam dadakan + sambel cikur (jadi ngaruy) di daerah purut sebelum perbatasan dengan kabupaten Cianjur. Murah meriah...

Kondisi jalan terakhir (28 November 2010), dari bdg mah otomatis bgs yah, masuk ciwidey sampai setelah kantor Desa Balegede bagus mulus alias hotmik, setelah balegede sampai kecamatan Naringgul lumayan bagus, tp tidak sebagus dari bdg - balegede, dari Naringgul bagus lagi (alias hotmik orang sunda bilang mah), tapi tidak terlalu jauh skitar 2 km, dari situ rasakan sendiri petualangan jrat jret jrot karena jalan lumayan banyak berlubang, apalagi setelah masuk daerah Malati - Leuweung Wangun,...

Perbatasan Kab. Bdg dan Kab. Cianjur
masih di ciwidey





tanjakan sarebu










Areal persawahan di kec. Naringgul
jojo ijo


3. Bandung - Pangalengan - Cisewu - Rancabuaya - Cidaun
    Nah, selain melalui Ciwidey, dari Bandung juga bisa melalui Pangalengan, dari Soreang atau melalui Banjaran masuk daerah Pangalengan, terus Situ Cileunca, Talegong (Garut), Cisewu (garut), masuk Rancabuaya (Garut) dan langsung Cidaun. Perjalanan menggunakan motor dapat ditempuh kurang lebih 5 jam, dengan kontur jalan berbelok, nanjak mudun dan sempit.. be carefull pokona mah...
Pom Bensi Pangalengan
Jalan Menuju Cisewu
Pantai Rancabuaya
4. Garut - Cikajang - Bungbulang - Rancabuaya - Cidaun
    Ini mungkin buat teman yang kebetulan posisinya sedang di Kabupaten Garut, bisa menggunakan rute ini, yaitu dari Garut kota, Cikajang, terus ke Bungbulang, Rancabuaya dan langsung Cidaun. Perjalanan melalui rute ini kurang lebih memakan waktu 4-5 jam. Kondisi jalan (wah, sudah lama gak lewat sini), paling lebaan Idul Fitri kemarin katanya seh ada bagian tertentu yang rusak terutama rute antara bungbulang - Rancabuaya. Sepanjang perjalanan panorama sungguh ruarr biasa, menghadirkan panorama pedesaan, laut, dan pegunungan. Untuk sekedar makan di jalan bisa dicoba di daerah sandaan, wah mantap surantap
Jalan Menuju Bungbulang
Gunung Batu
Samudra Hindi dari kejauhan
Perempatan
5. Garut - Pameungpeuk - Rancabuaya - Cidaun
    Buat teman-teman yang masih berada di daerah Gaurt, bisa juga melewati rute ini, dari Garut kota, lewat bayongbong, terus ada pertigaan, nah ke kanan lewat Bungbulang, kalau ke kiri lewat Pameungpeuk. Garut-Pameungpeuk bisa ditempuh kurang lebih 2-3 jam, dengan jalan yang luak liuk dan ada daerah yang sempit. Dalam perjalanan ini, kita akan disuguhkan dengan panorama alam yang luar biasa indah dan cenderung masih alami, banyak juga air terjun. Melalui rute ini perjalanan Garut - Cidaun bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 5 jam, bayangkan apabila kalau melalui Cianjur kota, bisa-bisa membutuhkan waktu 8 jam untuk sampai di Cidaun.
Jalan menuju Pameungpeuk
LAPAN ada di Pameungpeuk

6. Tasik - Cipatujah - Rancabuaya - Cidaun
    Sejujurnya saya belum pernah lewat rute ini, tapi sudah banyak yang mencoba dan dijamin merupakan perjalanan yang mengasyikkan. Kondisi jalan sudah bagus dan hampir di sepanjang jalan kita bisa melihat Samudera Hindia. Katanya perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 5 jam, bahkan sekarang sudah ada angkutan bus 3/4 dengan rute Rancabuaya - Pangandaran...
7. Sukabumi - Ujung genteng - Sindangbarang - Cidaun
   Nah, kalau ini mungkin bisa juga sebagai alternatif jalan menuju Cidaun, terutama untuk teman-teman yang berjiwa petualang. Katany melalui rute ini jalan tidak terlalu bagus namun cukup menantang..hmmm patut dicoba.


8. Sukabumi - Agrabinta - Cibinong - Sindangbarang - Cidaun
   Ini masih dari rute Sukabumi, teman-teman bisa juga menuju Cidaun melalui daerah Tegalbuleud, masuk kecamatan Agrabinta (Cianjur) dan langsung menggunakan jalan yang sama dengan rute jalan dari Kabupaten Cianjur, sekarang katanya kondisi jalan sudah lumayan bagus, hanya titik-titik tertentu saja yang masih jelek
Tegalbuleud



9. Bandung - Ciwidey - Cikadu - Sindangbarang - Cidaun
    Apabila teman-teman menginginkan rute yang sedikit lebih jauh sambil menikmati sejuknya hawa perkebunan teh bisa juga melalui rute ini, yaitu rute yang sama lewat ciwidey, namun setelah lewat Situ Patenggang, setelah berkolak kelok di kebun teh, nanti akan menemukan plang penunjuk arah menuju pantai Jayanti, namun Teman-teman tidak perlu mengikuti plang ini, namun tinggal lurus saja, maka akan melewati rute ini, secara jarak tempuhu memang akan lebih jauh, namun lumayan lah menikmati perjalanan sambil sedikit mengenal daerah daerah yang belum tersentuh. Jangan lupa siapkan bekal untuk makan di jalan, kan lumayan liburan gratis tapi mantap.


10. Australia - Cidaun
     Hahaha,,ini mah khayalan tingkat tinggi, dari dulu selalu banyak yang bilang bisa melihat Australia dari Cidaun, dan katanya kalau terus terusan mengarungi lautan dari Cidaun, maka kita akan sampai di Pulau Christmas (Australi)..waww, Amazing, tapi itu kata orang yang nilai Geografi-nya 5 di rapot..hehe...tapi kalau mau mencoba , monggo dipersilahkan, mungkin bisa juga berenang dari Australi - Cidaun, dijamin hanya nama saja yang sampai di Cidaun...heuheu....



Nah, itulah mungkin 10 pintu masuk menuju Kecamatan Cidaun...
Enjoy CIDAUN

Wassalam....


    
   
22:14 | 16 komentar

Gaya, TAPI Ga Punya Apa Apa, Buat APA ??

Written By cidaun on Wednesday, 22 September 2010 | 08:52

Liburan Idul Fitri kemarin Alhamdulillah bisa ada di tengah tengah keluarga dalam jangka waktu yang relatif panjang, ya serba enak lumayan makan tinggal 'am', lauk tinggal 'nguseup', dan tentunya semua itu gratis, pokoknya makmur, indikatornya minimal bisa dilihat dari perut yang semakin membuncit (ah keun bae, tanda-na senang meureun).

Berawal dari ada yang datang ke rumah, ya bisa dibilang masih saudara. ternyata dia menawarkan sebidang tanah untuk dibeli, lumayan luas hampir 1 Ha (1 Ha mah sigana bisa dibuat lapang terbang meureun nya, tapi lapang terbang jang 'papatong;, da jang kapal terbang mah moal muat coy). Secara otomatis saya dan Bapak saya meresponnya, karena kan pemikiran sederhananya harga tanah mah Insya Alloh tidak akan turun, jadi bisa untung mun di jual deui oge. Tapi saya sendiri selain antusias bertanya tentang tanahnya, disisi lain juga ada rasa bingung, ya karena memang ga punya uang alias teu boga duit. Tapi ga apa apa yang penting tahu aja dulu lokasi tanahnya dimana dan prospeknya seperti apa. Akhirnya saat itu juga diputuskan untuk kangsung survey ke lokasi tanah yang akan di jual.

Lokasi tanah ada di daerah Cijambe (sebrang lapang Jayanti), lumayan masuk kedalam, sebenarnya saya sebagai warga asli Cidaun asa 'kakarek' masuk daerah eta mah, lumayan jadi c bolang. akses bisa naek motor, setelah itu harus berjalan kaki sekitar 15 menit (sayang sekali ga di poto). Alhamdulillah pas nyampe d lokasi ternyata memang ga terlalu jauh dan terlihat hamparan tanah kosong yang telah ditumbuhi ilalang yang lumayan luas, katanya luasnya d blanko sekitar 80 are dan deal untuk di jual seharga 36 juta (ada yang berminat??tapi tunggu dulu, saya juga berminat atuh liat tanah segitu luas dengan harga miring mah, katanya yang punya tanah Insya Alloh mau berangkat haji, Amiiin).

Nah, dari sinilah cerita yang berkenaan dengan judul tulisan ini dimulai, ternyata tanah tersebut di sana sini dibatasi oleh pohon-pohon kayu, diantaranya pohon jati (sudah pada tahu meureun yah, pohon jati mah terkenal juga dengan harganya yang selangit), terus ada juga pohon kayu jenis jenjen (lumayan laku, karena ga terlalu mahal), pohon-phon tersebut jumlahnya suaaaangat banyak, mungkin bisa mencapai ribuan, tersusun rapih, terawat dan lumayan sudah besar (mungkin sekitar 3-4 tahun lagi bisa ditebang untuk pohon jenjen), namun sayang sekali di tanah yang akan di jual itu tak satupun ada pohon kayu yang bernilai ekonomis. Sejujurnya saya juga baru menginjak daerah tersebut dan lumayan kaget, ternyata banyak juga pohon kayu yang bernilai ekonomis seperti itu.

Sekarang bayangkan !!! ini adalah perhitungan optimis saya mengenai nilai pohon-pohon tersebut :

POHON JENJEN

- Misal 1000 pohon
- Harga 1 kubik sekarang saja mencapai Rp 800.000, Misal pas dipanen harganya bisa naik mencapai Rp 1.000.000
- 1 kubik biasanya membutuhkan 2 pohon jenjen
- Jadi 1000 pohon bisa mencapai 500 kubik
- Kemudian 500 kubik x 1.000.000 = Rp 500.000.000
Dengan demikian untuk 4-5 tahun ke depan pemilik lahan tersebut Insya Alloh dapet uang Rp 500.000.000 (jumlah yang luarrrr biasa untuk ukuran saya dan di cidaun tentunya)

POHON JATI
- Pohon jati hitungannya lebih fantastis lagi (tapi memang membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di panen, katanya bisa mencapai 30-40 tahun, ga tau masih hidup atau ga tuh yang nanam pohon, tapi ga apa apa buat warisan anak cucu)
- harga 1 kubik jati bisa mencapai 2.000.000 saat ini (bayangkan 20 tahun ke depan, berapa harga kayu tersebut, Misalnya Rp 4.000.000 per kubik
- Pohon jati katanya 1 kubik membutuhkan 1 pohon
- Jadi ada sekitar 1000 pohon, maka 1000 x Rp 4.000.000 = Rp 4.000.000.000 ( 4 Milyar).,.wah wah wah wah

Kecendrungannya semakin nanti, pohon kayu semakin berkurang sementara permintaan mungkin semakin meningkat.

Setelah itu, saya tergerak untuk bertanya, Siapakah pemilik lahan yang ada pohon-pohon kayu tersebut ???
Ternyata pemilik lahan yang ada pohon kayu tersebut adalah seseorang yang memang saya kenal, yang kesehariannya terlihat seperti tidak punya aktivitas rutin, berpenampilan seadanya, paling juga setiap pagi terlihat dengan pakaian bututnya membawa cangkul dan tanpa alas kaki (entah mau pergi kemana). 

Dari situ saya lumayan merinding dan malu terhadap diri sendiri, ternyata orang yang saya anggap ga ada apa-apanya (sangat sederhana), tapi ternyata memiliki aset jangka panjang yang luar biasa, sementara saya yang merasa rada gaya, sepeser pun tidak punya aset jangka panjang, memang hidup bak sebuah roda yang terus berputar, bisa adi orang tersebut menjadi orang kay yang luar biasa dengan asetnya karena pandai mengelola masa depan dan asetnya.

Berbeda dengan orang-orang yang ada disekitar tempat tinggal saya yang terlihat sangat sangat gaya misalnya dalam hal penampilan, cenderung pamer belanja dengan jumlah yang tak terkira, berbagai fasilitas mentereng seperti ingin terlihat tetangga, prilaku konsumtif. Tapi tidak memili aset untuk masa depan.

Kasarnya mah 'Hirup nu penting gaya jeung seubeuh jang poe ieu, teu mikir jang isukan', isukan mah kumaha isukan we...tah sepertinya ola hidup seperti ini yang dapat menyebabkan 'Tragedy of Common' mun ceuk basa lingkungan nu gaya-na mah meureun

Pas pulang, saya coba berdiskusi dengan Bapak saya, dan memang benar bahwa lingkungan disini mah dari dulu seperti itu, pola hidup konsumtif yang kurang memikirkan hari esok, biar jelas saya sebut nama kampung tempat saya tinggal adalah Kp. Kaum. katanya mau jual apapun ke daerah kaum mah, pasti laku dan habis.

Malu terhadap diri sendir dan harusnya bercermin,'gaya we di heulakeun, ari otak molompong, banda teu boga'. terlihat seperti orang kaya, padahal ga punya apa-apa. mending juga jadi jiwa yang sederhana. seadanya, tidak mementingkan gaya, tapi otak berisi, dan banda dimana-mana.

Intinya adalah :
1. Yuk ah ayeuna mah tong ngaheulakeun gaya, padahal ga punya apa-apa
2. Mending jadi jiwa sederhana tapi punya pemikiran ke depan, siapkan aset sebaik mungkin
3. Orang yang terlihat sangat sederhana, lusuh, kumel, belum tentu sesuai dengan penilaian kita, siapa tahu dibalik itu semua dia menyimpan berbagai kelebihan dibanding kita
4. Don't judge book by its cover
5. Di dalam ilmu fisika, gaya adalah apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan.. Gaya memiliki besar dan arah.
Jadi meureun mun rek Gaya, harus memiliki besar dan arah. Besar dalam hal pola pikir dan Arah yang jelas (teu nyambung nya..hehe)

Punten ah
by : KCB (Ketika Cidaun Bertasbih)
08:52 | 3 komentar